PEMERINTAH kembali programkan penghijauan hutan-hutan di Indonesia, terutama di daerah pegunungan yang mengalami kekerigan lahan.
Pulau Jawa misalnya, pulau ini sudah mengalami defisit air 76 juta kiloliter per tahunnya, bukan itu saja Jawa juga merupakan daerah yang hutannya tinggal sedikit, kata Menneg BUMN Sofyan Djalil pada diskusi Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia, di Jakarta, kemarin.
Ia menjelaskan sekitar 42.000 hektar hutan yang akan dihijaukan di Pulau Jawa, dan untuk mendukung program tersebut Pemerintah akan mengerahkan beberapa BUMN seperti PT PN VIII, Sang Hyang Seri, Pupuk Kujang, PT Perhutani, dan Otorita Jatiluhur guna meyelamatkan daerah aliran sungai Citarum,
Sebagai daerah percontohan yang juga sekaligus menjadi langkah awal, akan dilakukan di daerah Pengalengan, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 1.200 hektar.
Seperti halnya negara Jepang yang sudah melakukan penghijauan setelah mereka kalah perang pada perang dunia kedua, setelah kalah perang hutan, hutan di Jepang begitu gundul.
Lalu Jepang melakukan proses penanaman yang cepat, baik untuk kebutuhan kayu maupun untuk penghijauan, maka Jepang mengimpor bibit pinus dari Amerika Utara dan ternyata cocok dengan iklim di Jepang sehingga program penghijauan tersebut berhasil dengan baik.
Namun, ada hal-hal yang tidak diperhitungkan oleh Jepang, yaitu pohon pinus itu mengeluarkan pollen dimana orang Jepang tidak biasa menghirup udara yang mengandung pollen, sehingga penduduk Jepang kehilangan produktivitasnya akibat alergi terhadap pollen.
Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia untuk penghijauan kembali hutannya, agar kejadian di Jepang tidak terjadi di Indonesia.
Hal itu pun pelajaran yang berharga bagi bangsa Indonesia agar berhati hati untuk mengambil langkah langkah, apapun penghijauan yang akan dilakukan harus betul betul diperhatikan aspek ini, imbaunya.
Sofyan mengatakan di sekitar bandara Soekarno-Hatta Cengkareng yang dikelola Angkasapura, ada ratusan hektar lahan kosong yang dibiarkan, dan pemerintah telah memanfaatkan lahan tersebut untuk penghijauan sehingga dalam jangka waktu lima tahun di sekitar bandara tersebut akan hijau.
Penghijauan lain juga akan dilakukan pemerintah yaitu, di sepanjang jalan tol, dimana pemerintah telah meminta PT Jasa Marga untuk menyediakan dana yang cukup untuk menghijaukan areal sepanjang jalan tol termasuk di pembatas jalan.
Kalau di Pulau Jawa tidak ada tindakan penghijauan kembali maka kondisi Pulau Jawa akan sangat mengerikan. Sebuah laporan dari studi universitas di New Zealand menyebutkan bahwa Jawa pada tahun 2002 sudah defisit air sekitar 76 juta kiloliter per tahun.
Defisit air
Lebih lanjut Sofyan mengatakan data persentasi Bank Dunia tahun 2006 menyebutkan Jakarta makin hari defisit air makin besar akibat dari pengambilan air tanah terlalu besar hingga ketinggian tanah lebih rendah dari ketinggian air laut maka terjadilah Rob (air laut masuk ke darat, Red).
Jika ini dibiarkan atau pemerintah tidak melakukan tindakan apa-apa maka pada tahun 2026 Jakarta akan tenggelam, kata Sofyan.
Selain penghijauan, pemerintah juga akan membangun pembangkit listrik di pulau Sumatera yang bahan bakunya menggunakan limbah kelapa sawit dengan melibatkan sembilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Deputi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Agroindustri, Agus Pakpahan, menambahkan sembilan BUMN tersebut terdiri dari Perum Bulog, PT Pusri, PT Sang Hyang Seri, PT Pupuk Kaltim, Perhutani, PT Jasa tirta satu dan Jasa Tirta dua dan PTPN IV.
Agus menambahkan limbah yang akan dipakai untuk bahan baku seperti sekam (kulit padi), limbah kelapa sawit dan kotoran ternak sapi.
Dari bahan baku sekam bisa menghasilkan energi dengan kekuatan sebesar 8.000 mega watt. Sementara, untuk di pulau Jawa akan dikembangkan bio energi bahan baku sekam dan kotoran ternak, sedangkan untuk di pulau Sumatera bahan baku akan menggunakan limbah sawit. Untuk mendukung program tersebut pemerintah telah menyediakan dana Rp400 miliar
0 Komentar untuk "Penghijauan Di Pulau Jawa"